Senin, 23 April 2018

Tata cara makan dan etika makan

Mampu menunjukkan sopan santun di depan meja makan, sebenarnya secara tidak langsung menunjukkan kualitas seseorang dalam pergaulan, intelektualitas, dan etika kesehariannya. Etika makan tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba, namun harus diperkenalkan sejak usia anak-anak dan masa remaja. Dengan kebiasaan sehari-hari yang baik dalam hal ini adalah etika makan, maka terjadi pembelajaran yang sangat baik. Apabila etika makan dibentuk secara instan, maka akan menghasilkan kualitas etika makan yang canggung dan tidak luwes. Oleh karena itu, penerapan dasar-dasar etika makan perlu ditekankan kepada anak-anak supaya kedepannya dapat mengikuti kegiatan makan sesuai aturan yang berlaku di berbagai acara, baik itu formal maupun informal.

A. Etika Makan

Kata “Etika” berasal dari bahasa Yunani kuno dengan bentuk tunggal “ethos” dan dengan bentuk jamak “ta etha”.

Ethos memiliki banyak arti seperti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan atau adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berfikir. Sedangkan Ta etha meiliki arti adat kebiasaan.

Arti dari bentuk jamak inilah yang melatarbelakangi terbentuknya istilah etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi secara etimologis etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000). Sedangkan kata “etika” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah :
  1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, serta tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);
  2. Kumpulan azas-azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
  3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
K. Bertens berpendapat bahwa arti dari kata “etika” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tersebut lebih dipertajam, juga susunan atau urutannya lebih baik untuk dibalik, karena arti kata ketiga lebih mendasar daripada arti kata yang pertama. Sehingga susunannya menjadi seperti berikut :
  1. Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya jika seseorang berbicara tentang etika orang Jawa, etika beragama dan sebagainya, maka yang dimaksudkan etika disini bukan etika sebagai ilmu melainkan sebagai sistem nilai yang berfungsi dalam kehidupan manusia perorangan maupun pada taraf sosial.
  2. Kumpulan azas atau nilai moral.
  3. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk.
B. Perbedaan Etiket dan Etika

K. Bertens dalam bukunya yang berjudul “Etika” (2000) memberikan empat macam perbedaan etiket dengan etika, yaitu sebagai berikut.

1. Prinsip
  • Etiket
Menyangkut tata cara suatu perbuatan yang harus dilakukan manusia. Misalnya ketika saya menyerahkan sesuatu kepada orang lain, saya harus melakukannya dengan menggunakan tangan kanan. Jika saya melakukannya dengan menggunakan tangan kiri, maka saya dianggap melanggar etiket.
  • Etika
Menyangkut tata cara suatu perbuatan sekaligus memberikan norma dari perbuatan itu sendiri. Misalnya dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa izin, karena mengambil barang yang bukan milik kita sendiri sama artinya dengan mencuri. “Jangan mencuri” merupakan suatu norma etika. Dalam hal ini tidak dipersoalkan apakah pencuri tersebut mencuri dengan tangan kanan atau tangan kiri.

2. Ketentuan masa pemakaian
  • Etiket
Hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak hanya seorang diri (ada orang lain di sekitar kita). Jika tidak ada orang lain atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak bisa berlaku. Misalnya saya sedang makan bersama teman satu kelas saya sambil meletakkan kaki saya di atas meja, maka saya dianggap melanggar etiket. Namun jika saya sedang makan sendirian (tidak ada orang lain), maka saya tidak bisa dianggap melanggar etiket jika saya makan dengan cara demikian.
  • Etika
Etika akan selalu berlaku di berbagai kondisi, sendiri atau bersama orang lain. Misalnya larangan untuk mencuri, membunuh, curang, dll. Atau juga suatu barang yang kita pinjam harus tetap dikembalikan meski pemilik barang tersebut sudah lupa.

3. Sifat
  • Etiket bersifat relatif
Maksudnya adalah yang dianggap tidak span dalam suatu kebudayaan, bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan yang lain. Misalnya makan dengan tangan kiri, bersendawa, atau makan bukan dengan tangan.
  • Etika bersifat absolut
Absolut berarti sesuatu hal yang tidak bisa diganggu atau ditawar-tawar lagi. Misalnya “jangan membubuh!”, “jangan mencuri!”.

4. Pandangan
  • Etiket
Memandang manusia dari segi lahiriah saja. Orang yang berpegang pada etiket bisa juga bersifat munafik. Misalnya bisa saja orang tampil sebagai “manusia berbulu ayam”, dari luar sangat sopan dan halusm namun di dalamnya penuh kebusukan.
  • Etika
Memandang manusia dari segi dalam. Orang yang etis tidak mungkin bersifat munafik, seseorang yang bersikap etis pastilah orang yang baik.

C. Etika Makan Sehari-hari

Etika makan yaitu segala aturan yang berlaku pada waktu makan. Meliputi sikap kita sebelum makan, saat kita makan, dan sesudah makan. Acara makan sehari-hari lebih banyak dilakukan di rumah yang sangat menumbuhkan kebersamaan keluarga. Tata cara makan pun berbeda-beda sesuai dengan kebiasaannya, namun aturan-aturan makan secara umum sebenarnya adalah sama. Pada umumnya orang itu makan dengan duduk mengelilingi meja makan, dimana hidangan dan alat makan sudah tertata di atas meja makan.

Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam tata cara makan sehari-hari, antara lain sebagai berikut.
  1. Membiasakan makan secara bersama-sama.
  2. Memulai makan dengan tenang dan tertib.
  3. Mempersilahkan atau mengutamakan yang lebih tua.
  4. Membaca doa sebelum dan setelah makan.
  5. Hindari makanan dan minuman yang berlebihan, tercecer, atau hampir tumpah.
  6. Duduk dengan santai, sopan, dan rapi.
  7. Menempati tempat makan yang telah ditentukan.
  8. Menguyah tanpa menimbulkan suara yang keras.
  9. Makan menggunakan tangan kanan.
  10. Tidak berbicara saat makan (bercakap-cakap).
  11. Menghasbiskan makanan yang tersisa.
  12. Tenang dan tidak membuat kegaduhan.
  13. Bersihkan dan rapikan kembali tempat makan jika sudah selesai.
  14. Pastikan posisi sendok dan garpu terkelungkup di atas piring setelah selesai makan.
  15. Letakkan semua alat makan dan minum yang dipakai ke tempat cucian piring.
  16. Letakkan alat makan dengan sopan dan perlahan serta ucapkan terima kasih.
D. Pentingnya Etika Makan Sehari-hari

Tata cara makan pada waktu makan akan menunjukkan kepribadian kita. Kebiasaan makan seseorang dapat terbawa dari kebiasaannya di rumah. Oleh sebab itu, kebiasaan-kebiasaan makan yang baik perlu ditanamkan sedini mungkin.

Berikut ini adalah beberapa manfaat kegiatan makan bersama sehari-hari, antara lain sebagai berikut.
  1. Orang tua memberi contoh etika makan yang baik dan benar.
  2. Dapat saling memperhatikan satu sama lain dalam kebaikan etika makan.
  3. Menanamkan rasa percaya diri dan mengurangi rasa canggung bersama keluarga.
  4. Menumbuhkan sikap disiplin, sopan santun, dan berbudi pekerti.
E. Etika Makan Dalam Jamuan

Jamuan makan dapat diselenggarakan dengan cara duduk mengelilingi meja, duduk berkumpul di lantai (lesehan), atau dengan cara berdiri dimana tuan rumah tidak menyediakan tempat duduk. Para tamu akan bebas mengobrol dan bergerak kesana kemari sambil menikmati makanan dan minuman yang disediakan oleh para pelayan di sekitar mereka.

+ Hal yang perlu diketahui dalam jamuan makan secara resmi
  1. Jika mendapat undangan jamuan makan dalam dimana berlaku untuk dua orang, maka meraka harus datang bersama-sama ke jamuan makan dengan tepat waktu.
  2. Semua tamu dituntut untuk berdiri di belakang kursi sampai semua tamu mendapatkan tempat duduk.
  3. Serbet makan dibuka dan diletakkan di atas pangkuan, fungsinya untuk melindungi pakaian dari berbagai macam noda akibat makanan/hidangan.
  4. Hidangan disajikan bergilir, kita dapat makan jika semua tamu telah mendapatkan hidangannya.
+ Faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan
  1. Faktor pribadi.
  2. Faktor pergaulan.
  3. Faktor masyarakat.
  4. Faktor budaya.
  5. Faktor rumah dan keluarga.
+ Pentingnya etika dalam perjamuan
  1. Untuk mengetahui tata cara makan dalam acara jamuan, sehingga memberi kebebasan gerak langkah dalam mengikuti jamuan tersebut.
  2. Menjadikan seseorang lebih percaya diri terhadap apa yang dilakukan.
  3. Menjadikan seseorang lebih menikmati acara jamuan tersebut.
  4. Melatih disiplin dan menghormati orang lain.


EmoticonEmoticon